Setiap tahun Xiaomi setidaknya merilis minimal 5 smartphone dengan 2 flagship alias smartphone kelas atas. Jumlah tersebut memang sangat jauh dengan Samsung, yang merilis setidaknya 40 jenis smartphone yang berbeda sepanjang tahun 2019 menurut data dari samsungsfour.com. Kemudian menurut data dari counterpointsearch.com, global smartphone shipments Xiaomi berada di posisi kelima, berada di bawah Samsung, Huawei, Apple, dan Oppo. Terakhir, total penjualan Xiaomi Q3 2019 adalah 32,3 juta di seluruh dunia.
Baca Juga: Tips Mudah Agar Smartphone Tidak Cepat Rusak
Apakah sampeyan tidak penasaran, bagaimana sebenarnya Xiaomi ini mendapatkan keuntungan? Padahal seperti yang kita semua tahu bahwa harga jual smartphone-nya saja sangat murah. Dengan uang 2,5 juta rupiah, sampeyan sudah mendapatkan smartphone mirip dengan spesifikasi Samsung flagship atau bahkan Apple yang harganya masih selangit.
Terjun payung Xiaomi
Di tahun 2013, Xiaomi mengguncang pasar Indonesia setelah mengeluarkan Redmi 1S yang terjual 10 ribu hanya dalam waktu 6 menit. Setelah itu smarphone Xiaomi hampir seperti dewa, semua orang berusaha keras mendapatkan flash sale, tentu demi hape murah dengan kualitas tinggi. Cara flash sale tersebut tetap dipertahankan oleh Xiaomi hingga tahun 2015.
Di tahun 2016 akhir, Xiaomi mengalami penurunan sangat tajam. Penjualan smartphone selama satu tahun turun menjadi 41 juta dari 70 juta. Ketika itu banyak orang yang menyebut bahwa Xiaomi akan gulung tikar dan business model smartphone murah sudah tinggal kenangan.
Mulai dari berdiri tahun 2010 sampai tahun 2016, bisa dijabarkan cara Xiaomi mendapatkan keuntungan adalah sebagai berikut:
- Hanya mengambil keuntungan 8% dari penjualan
Jika produk lain bisa mengambil keuntungan mencapai 20%-40% setiap penjualan, Xiaomi berani mengambil hanya 8%. Tujuannya adalah produk yang dibeli menjadi lebih banyak, walaupun keuntungannya sedikit.
- Tidak ada budget marketing
Xiaomi hanya mengalokasikan budget marketing ke ranah online dan tidak sama sekali melirik marketing offline. Dikabarkan cara ini bisa menghemat sekitar 20%-30% dari harga jual smartphone.
- Trik menjual sedikit demi sedikit smartphone
Sebenarnya Xiaomi sudah menyiapkan jutaan smartphone, tetapi mereka menjualnya sedikit demi sedikit agar para pembeli penasaran. Cara tersebut sukses di pasar India, Malaysia, dan Indonesia.
Titik balik Xiaomi
Cara di atas tampaknya tidak membuat Xiaomi untung, jika diteruskan bisa jadi sudah tidak ada lagi nama Xiaomi sekarang ini. Di tahun yang sama, Xiaomi melakukan sebuah pivot, mereka tidak hanya fokus ke ranah smartphone tetapi juga hardware dan online services. Mereka menggabungkan seluruh kebutuhan elektronik menjadi satu kesatuan, dengan nama Mi Home. Secara tidak langsung, Xiaomi membuat barang yang seharusnya tidak sampeyan butuhkan, menjadi sangat penting, hihi.
Bisa dibilang, tahun 2016 menjadi titik balik Xiaomi. Penjualan smartphone mereka mulai naik dan sekarang mereka juga bisa menikmati keuntungan dari Internet of Things dan hardware. Menurut investopedia.com, Xiaomi hanya mengambil $2 alias sekitar 30 ribu rupiah bersih di setiap penjualan smartphone. Di tahun 2018, 65% keuntungan Xiaomi berasal dari penjualan smartphone.
Kemudian, alat-alat “tidak penting” seperti smart TV, skuter elektrik, ricecooker elektrik, kamera, vacuum cleaners, dan sebagainya menyumbang 25% dari total keuntungan di tahun 2018. Data dari investopedia.com menyebutkan, Xiaomi mendapatkan 6,4 miliar dolar dari hardware tersebut.
Terakhir Xiaomi mendapatkan “hanya” 2,3 miliar dolar dari internet services. Koneksi antara lampu pintar sampeyan dengan smartphone Xiaomi ini ternyata berbayar lho. Xiaomi terus bekerja sama dengan puluhan startup untuk membangun internet services di masa mendatang. Xiaomi memang kalah secara jumlah dari smartphone keluaran Tiongkok lain seperti Huawei dan Oppo. Tetapi secara latar belakang, Xiaomi bisa menjadi singa yang masih melakukan step mundur dan siap untuk melaju dengan cepat. Sudah terjawab pertanyaan penting dari sampeyan di awal tadi? (D/F)